Senin, 27 Agustus 2007

Agama Purba Nusantara

I.Kapitayan Para sejarawan Belanda menafsir, bahwa jauh sebelum Hindu dan Buddha serta Islam masuk, di Nusantara terdapat agama kuno yang disebut Animisme-Dinamisme, yang sejatinya merupakan sebutan tidak tepat untuk agama Kapitayan, di mana sisa-sisa peninggalan agama yang berkembang di Nusantara yang disebut Kapitayan itu, dikenal dalam arkeologi sebagai peradaban Paleolithikum, Messolithikum, Neolithikum, dan Megalithikum. Secara definitif Kapitayan adalah sebuah kepercayaan yang memuja sesembahan utama yang disebut “Sang Hyang Taya”, di mana di dalam Bahasa Jawa Kuno, Sunda Kuno dan Melayu Kuno kata “Taya” bermakna Kosong, Tidak Ada, Hampa, Suwung, Awang-uwung yang inti mutlaknya adalah Sesuatu Yang Tidak Terdefinisi tetapi orang Jawa mendefinisikan Sang Hyang Taya dalam satu kalimat, yaitu “tan kena kinaya ngapa” yang bermakna tidak dapat diapa-apakan Keberadaan-Nya. Sistem ajaran kapitayan yang begitu sederhana waktu itu, Sang Hyang Taya tidak bisa dikenali kecuali ketika muncul dalam bentuk Kekuatan Gaib bersifat Ilahiyyah yang disebut “TU”. “TU” adalah bahasa kuno yang artinya seutas benang atau seutas tali yang menjulur. “TU” dianggap sebagai keniscayaan dari Pribadi Sang Hyang Taya yang bersifat adikodrati. “TU” diketahui memiliki dua sifat utama, yaitu sifat baik dan sifat tidak baik. TU bersifat baik begitu terang disebut TUHAN dan TU tidak baik begitu gelap disebut HANTU tetapi baik Tuhan maupun Hantu bersifat gaib yang tidak bisa dikenal dan didekati langsung dengan indera. Untuk memuja-Nya dibutuhkan sarana-sarana yang bisa didekati pancaindera dan alam pikiran manusia. Itu sebabnya, di dalam ajaran Kapitanyan dikenal keyakinan yang menyatakan bahwa kekuatan gaib dari Sang Hyang Taya yang disebut TU itu ‘tersembunyi’ di dalam segala sesuatu yang memiliki sebutan TU. Para pengikut ajaran Kapitayan meyakini adanya kekuatan gaib pada wa-TU, TU-gu, TU-k, TU-ban, TU-rumbuk, TU-tuk, TU-nggul, TU-lang, TU-nggak, TU-buh, TU-nda, TU-ngkup. Dalam melakukan bhakti memuja Sang Hyang Taya, orang menyediakan sesaji berupa TU-mpeng, TU-mbal, TU-mbu, TU-kung, TU-d kepada Sang Hyang Taya melalui wa-Tu, TU-gu, TU-k, TU-ban, TU-rumbuk, TU-nggul, dan sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan gaib. Seorang hamba pemuja Sang Hyang Taya yang dianggap saleh akan dikaruniai kekuatan gaib yang bersifat positif (TU-ah) dan yang bersifat negatif (TU-lah). Mereka yang sudah dikaruniai TU-ah dan TU-lah itulah yang dianggap berhak untuk menjadi pemimpin masyarakat. Mereka itulah yang disebut ra-TU atau dha-TU. Mereka yang sudah dikaruniai TU-ah dan TU-lah, gerak-gerik Kehidupannya akan ditandai oleh PI, yakni kekuatan rahasia Ilahiyyah dari Sang Hyang Taya yang tersembunyi. Itu sebabnya, ra-TU atau dha-TU, menyebut diri dengan kata ganti diri: PI-nakahulun. Jika berbicara disebut PI-dato. Jika mendengar disebut PI-harsa. Jika mengajar pengetahuan disebut PI-wulang. Jika memberi petuah disebut PI-tutur. Jika memberi petunjuk disebut PI-tuduh. Jika menghukum disebut PI-dana. Jika memberi keteguhan disebut PI-andel. Jika menyediakan sesaji untuk arwah leluhur disebut PI-tapuja lazimnya berupa PI-nda (kue tepung), PI-nang, PI-tik, PI-ndodakakriya (nasi dan air), PI-sang. Jika memancarkan kekuatan disebut PI-deksa. Jika mereka meninggal dunia disebut PI-tara. Seorang ra-TU atau dha-TU, adalah pengejawantahan kekuatan gaib Sang Hyang Taya. Seorang ra-TU adalah citra Pribadi Sang Hyang Tunggal. Dengan prasyarat-prasyarat sebagaimana terurai di muka, kedudukan ra-TU dan dha-TU tidak bersifat kepewarisan mutlak. Sebab seorang ra-TU yang dituntut keharusan fundamental memiliki TU-ah dan TU-lah, tidak bisa diwariskan secara otomatis pada anak keturunannya hanya berdasar unsur genetika. Seorang ra-TU harus berjuang keras untuk mampu menunjukkan keunggulan diri yang ditandai TU-ah dan TU-lah, dengan mula-mula menjadi penguasa wilayah kecil yang disebut wisaya. Penguasa wisaya diberi sebutan Raka. Seorang raka yang mampu menundukkan kekuasaan raka-raka yang lain, maka ia akan menduduki jabatan ra-TU. Dengan demikian, ra-TU adalah manusia yang benar-benar telah teruji kemampuannya, baik kemampuan memimpin dan mengatur strategi maupun kemampuan dalam memperoleh TU-ah dan TU-lah yang dimilikinya. II.HINDU Kehadiran Hindu di Nusantara diperkirakan pada awal abad Masehi, yang ditandai dengan digunakannya tahun Saka di Jawa pada 78 Masehi yang dihubungkan dengan legenda kedatangan Aji Saka ke Jawa. Sebagai agama yang berasal dari India,dalam perkembangannya Agama Hindu mengalami persinggungan dengan agama lama yang sudah ada di Nusantara, yaitu Kapitayan. Itu sebabnya, ajaran Hindu yang berkembang di Nusantara menunjukkan tanda-tanda adanya pengaruh lokal Kapitayan. Sang Hyang Widhi adalah kuasa yang abstrak yang berada dibelakang segala yang tampak. Tuduh berarti petunjuk, perintah, nasib, sedangkan kata Widhi berarti hukum, peraturan, tata tertib, nasib. Menurut dongengnya, Sang Hyang Tuduh keluar dari yang tak ada dan berkuasa untuk berada di belakang segala gejala serta bentuk korban dan kultus di dalam pura (bandingkan munculnya Sang Hyang Tuduh dengan munculnya TU pada Kapitayan). Pada umumnya Sang Hyang Widhi tidak dipuja dengan upacara-upacara keagamaan. Baginya tiada pura, tiada tempat korban, tiada padmasana (tempat duduk) kecuali jika ada sebuah desa baru yang didirikan yang belum memiliki dewanya. Dalam keadaan seperti itu orang mendirikan sanggah puseh baginya, tempat Sang Hyang Widhi dipuja. Masih ada tokoh Ilahi yang berasal dari agama Hindu-Jawa yang oleh rakyat dipandang sebagai tokoh Ilahi tersendiri dan disebut Sang Hyang Trimurti atau Sanggah Tiga Sakti. Tokoh ini adalah penjelmaan Siwa sebagai dewa yang tertinggi. Di dalam falsafahnya diuraikan demikian: Tokoh dewa yang tertinggi itu menjelmakan dirinya dalam tiga pangkat beruntun. Ia keluar dari alam yang akali yang tak terbagi ( Niskala ) ke alam bendani yang terbagi ( Sakala ) melalui alam tengah yang bersifat abstrak ( Sakala-Niskala ). Rupa yang dipakai untuk menjelmakan diri dalam tiga pangkat beruntun itu adalah Paramasyiwa, Sadasyiwa, dan Maheswara. Selanjutnya Maheswara sebagai penjelmaan Syiwa yang bendani menjelmakan diri dalam Rupa Brahma, Rudra, dan Wisynu, yang oleh rakyat disebut Sang Hyang Trimurti. Demikianlah dalam ajaran ini tampak lagi bahwa segala tokoh Ilahi di Bali dipandang sebagai penjelmaan Syiwa atau Sang Hyang Widhi, sekalipun penjelmaan itu tidak senantiasa menampakkan segi-segi yang baik dan benar. Hal ini disebabkan karena daya cipta Ilahi yang dapat menghasilkan hal-hal yang baik itu dapat dikeruhkan dan dibalik menjadi daya cipta untuk mendatangkan hal-hal merusak yang menakutkan. Syiwa menjelmakan diri sebagai Pencipta, Pemelihara, Perusak. Syiwa bukan hanya dapat menjelmakan diri sebagi Bhatara Guru tetapi juga sebagai Bhatara Kala, Tuhan kegelapan dan sebagai Batara Durga, dewi yang menguasai maut. Demikianlah Syiwa meliputi baik hidup maupun mati. Hindu pun ketika masuk ke Nusantara juga diseleksi. Ajaran Hindu yang paling banyak pengikutnya pada awalnya adalah Waisynawa, pemuja Wisynu. Namun karena terdapat ajaran yang menyatakan bahwa Wisynu menjelma dalam sosok manusia Ilahi yang disebut Avatar, akhirnya ajaran itu perlahan-lahan tergusur digantikan ajaran Syiwa yang berpandangan bahwa Tuhan tidak bisa mewujud sebagai manusia sebagaimana konsep Niskala yang sama dengan konsep Taya. III.BUDDHA Candi Borobudur adalah perumpamaan dari ajaran agama Buddha. Ada tiga tingkatan kosmologi dalam ajaran agama Buddha, yaitu Kamadatu, Rupadatu, Arupadatu. Kamadatu Bagian kaki Borobudur melambangkan “Kamadhatu”, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh “kama” atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita “Karmawibhangga” yang kini tersembunyi. Rupadatu Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan “Rupadhatu”. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari “nafsu”, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan “alam antara” yakni, antara “alam bawah” dan “alam atas”. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Budha terdapat pada ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief. Arupadatu Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan “Arupadhatu” (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan “alam atas”, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang yang tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-patung Budha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud, yakni arca Budha itu ada tetapi tak terlihat. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Budha yang tidak sempurna atau disebut juga Budha yang tidak rampung, yang disalahsangkakan sebagai patung ‘AdiBudha’, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung di dalam stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. Menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini. Stupa utama yang dibiarkan kosong diduga bermakna kebijaksanaan tertinggi, yaitu kasunyatan, kesunyian dan ketiadaan sempurna dimana jiwa manusia sudah tidak terikat hasrat, keinginan, dan bentuk serta terbebas dari lingkaran samsara. IV.Tantrayana-Shakta Tantrayana berpangkal pada konsepsi pemujaan -dewi (Mother Goddnes) yang bukti-buktinya terdapat di lembah Sidhu. Dari konsepsi dewi itu muncullah Shaktiisme, yaitu suatu ajaran yang mengkhususkan pemujaannya kepada Shakti, yaitu kekuatan dari Dewa, terutama sekali pemujaan terhadap Dewi Durga, Kali, Prthiwi, Dewi Bhumi. Golongan pemuja shakti disebut Shakta. Perkembangan lebih lanjut dari saktiisme itu muncullah Tantrisme. Golongan itu memuja sakti secara ekstrim dan mereka disebut Tantrayana. Tantra berasal dari kata “TAN” yang berarti memaparkan (memaparkan kekuatan dari sakti itu). Dari tantrisme ini muncullah suatu pemujaan kepada Bhairawa-bhairawi yang artinya “Menakutkan”. Paham Bhairawa itu secara khusus memuja kehebatan daripada Shakti dengan cara-cara yang spesifik. Bhairawa dibagi menjadi tiga macam, yaitu Bhairawa Heruka, Bhairawa Kalacakra, dan Bhairawa Bima. Tantrayana merupakan suatu aliran atau sekte yang pada masa lampau pernah cukup banyak pemeluknya dan berkembang luas di Indonesia. Salah satu pemeluknya yang terkenal adalah Adityawarman, seorang raja di kerajaan Melayu di pulau Sumatera. Wilayah Sumatera adalah wilayah Minangkabau yang berbatasan dengan Tapanuli (Sumatera Utara), Jambi, Bengkulu dan Samudera Hindia. Adityawarman dikenal sebagai raja yang taat kepada agamanya dan aktif dalam kegiatan kebudayaan khususnya yang berhubungan dengan agama. Adityawarman adalah penganut taat agama Budha. Namun agama Budha yang dianut oleh Adityawarman telah bercampur dengan unsur-unsur Tantrisme, khususnya dalam bentuk pemujaan Bhairawa. Tantrayana termasuk dalam aliran Budha Mahayana yang mempunyai konsep bahwa seorang penganut dalam mencapai moksa (kelepasan) dengan menggunakan sihir, bersemadi (yoga), dan mengucapkan mantra-mantra (ajarannya menyimpang dari ajaran agama Budha murni). Dalam agama Budha, ada dua aliran atau madzab yaitu Hinayana dan Mahayana. Madzab Hinayana lebih mendekati pelajaran Budha yang semula, sedangkan madzab Mahayana sudah berbeda dengan ajaran Budha pada awalnya Vajrayana alias Tantrayana alias Mantrayana adalah sebuah sub sekte dari pada Mahayana. Berasal dari kosa kata Sanskrit “Vajra” yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya, atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya, serta dari kata “yana” yang berarti wahana/kereta. Vajrayana merupakan Jalan Intan. Kata “Tantra” sendiri berarti “Tenun” dalam bahasa Sansekerta, merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti. Adapun tujuan akhir dari pada Vajrayana, ialah mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini, di kehidupan ini juga tanpa harus menunggu hingga kalpa-kalpa yang tak terhitung.Oleh karena itulah di dalam Vajrayana ditemui metode-metode esoterik yang dengan cepat bisa membawa kita kesana. Aliran Tantrayana dianut hanya sebatas beberapa orang saja karena upacara-upacaranya dirahasiakan dan bersifat amat mengerikan. Bagaiman upacara ritual aliran Tantrayana yaitu terdiri dari menjalankan “Lima Keharusan” dengan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Lima keharusan itu disebut Panca-makara atau Batara Lima atau Ma-lima, antara lain: 1.*MADYA* = menenggak minuman keras / mabuk-mabukan. 2.*MUDRA* = samadhi/ tarian melelahkan hingga jatuh pingsan. 3.*MAMSA* = makan daging mayat dan minum darah. 4.*MATSYA* = makan ikan gembung beracun. 5.*MAITHUNA* = bersetubuh secara berlebihan. Praktek ajaran ritual Panca-Makara dilakukan pada waktu malam di atas kuburan serta di tempat yang angker yang disebut Ksetra. Mereka membentuk lingkaran laki-laki dan perempuan dengan dipimpin seorang Cakreswara. Setelah nafsu perut berupa makan dan minum terpenuhi, dilanjut pelampiasan nafsu syahwat dengan maithuna. dalam keadaan tanpa nafsu, dilakukan samadhi. Aliran-aliran Bhairawa cenderung bersifat politik, untuk mendapatkan kharisma besar yang diperlukan dalam pengendalian pemerintahan dan menjaga keamanan wilayah kekuasaan (kerajaan), seperti halnya pemimpin dari kalangan militer di masa sekarang. Karena itu raja-raja dan petinggi pemerintahan serta pemimpin masyarakat pada zaman dahulu banyak yang menganut aliran ini. Upacara Tantrayana adalah biasa dan merupakan keharusan disertai dengan tertawa yang hebat, hal itu dipahatkan dalam salah satu prasasti di Padang Lawas Sumatera Barat: ha – ha – ha – ha – ha – hum hu – hu – he – hai hohu- aha – ha – om ah hum. Demikianlah gelak tertawa yang terpahat pada sebuah prasasti. Tantrisme di Indonesia diperkirakan datang dari Bengal dan dibawa oleh para bhiksu dari Indonesia yang mengunjungi Nalanda seperti dapat disimpulkan dari prasasti yang menyebutkan Balaputradewa dari Suwarnadwipa yang membangun sebuah wihara di bidang raja Pala sekitar 860 AD. Mazhab Tantrayana berkembang dengan pesatnya di bumi persada Indonesia, terutama pada masa-masa kerajaan Mataram kuno, Panjalu, Singasari dan Majapahit. Perkembangan yang demikian pesatnya seiring dan sejalan dengan mazhab-mazhab lainnya, bahkan dengan agama Hindu yang juga banyak dianutnya pada masa-masa tersebut. Tantrayana pernah berkembang luas di Indonesia khususnya di Bali dalam bentuknya Syiwa Tantra atau lebih dikenal dengan Syiwa Bhairawa. Selanjutnya sesudah abad ke XIV tidak terdapat bukti-bukti lagi mengenai perkembangan Tantrayana itu. Kemungkinan bahwa setelah mengalami perkembangan yang meluas baik di Jawa, Sumatra, maupun di Bali Tantrayana setelah abad XIV mengalami kemunduran. Pada akhir Majapahit abad ke-XV, sebuah naskah Kidung berjudul Sudamala menunjukkan kebangkitan ajaran Kapitayan di tengah hegemoni Tantrayana, di mana dalam naskah itu Tantraya diwakili Dewi Durga dan Kapitayan diwakili Semar. dalam naskah yang berakhir dengan kemenangan Semar, menunjukkan bahwa Kapitayan sebagai agama purba telah bangkit untuk melawan ajaran Tantrayana. Lepas dari berbagai spekulasi tentang kemunduran Tantrayana, yang pasti, sebab-sebab kemundurannya itu mungkin pula disebabkan oleh kemajuan cara berpikir manusia sehingga orang-orang menyadari bahwa cara-cara yang demikian atau sama sekali tidak sesuai dengan kemajuan jaman selanjutnya. Jika dicermati banyak upacara-upacara Tantrayana yang sangat bertentangan dengan kesopanan, tata susila, kemanusiaan dan hal yang tidak pantas dilakukan oleh orang beragama lebih-lebih lagi pada saat sekarang dalam hal ini Bangsa Indonesia sudah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, yaitu falsafah yang dijadikan dasar ideologi bangsa, maka cara-cara ritual Panca-Makara atau Ma-lima dan lainnya dari Tantrayana dinilai tidak sesuai dengan dasar negara Pancasila dan kepribadian bangsa Indonesia. Sudah sepantasnya Tantrayana pada akhirnya lenyap dari bumi Indonesia karena cara-cara pelaksanannya upacara Tantrayana itu terlalu bebas memberi kesempatan bagi setiap orang untuk memenuhi nafsu keduniawian dengan ma-limanya. Kemungkinan para penganut Tantrayana itu memang melaksanakan ma-lima itu dengan penuh kesadaran dan tujuan untuk menyatukan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Moksha), sehingga melakukan ma-lima itu dianggap bukanlah merupakan nafsu dan kenikmatan duniawi. Tetapi cara-cara itu sangatlah sukar bisa dilaksanakan bagi orang biasa. Demikianlah akhirnya Tantrayana itu hampir tidak ada lagi sisa pemeluknya baik di Bali maupun di Jawa dan Sumatera. Namun dalam beberapa hal faham Tantra hingga kini masih terlihat pengaruhnya, di Bali baik di bidang kesusastraan maupun seni pengaruh Tantrayana masih terlihat. Cerita Calon Arang, cerita yang sangat terkenal dan masih tetap digemari oleh masyarakat Bali.

Jumat, 17 Agustus 2007

Agama Purba Yang Terlupakan

Agama-agama purba ini sudah ada sebelum agama besar yang dikenal orang pada saat ini, seperti Kristen, Hindu, Islam, Buddha, dan lainnya. Kebanyakan dari agama ini telah benar-benar hilang. Namun, beberapa di antaranya ada yang dihidupkan kembali oleh para praktisi-praktisi baru. Beberapa agama ini bahkan ada yang muncul ribuan tahun sebelum masehi. Seperti halnya agama besar pada zaman sekarang, agama purba ini juga memiliki dewa-dewa sendiri. Namun, ada di antara agama ini dikatakan menjadi induk dari agama berikutnya. Seperti dilansir situs Listverse.com, berikut lima agama purba yang telah terlupakan lantaran hilang termakan waktu. Agama Olmek Agama Olmek merupakan agama dari bangsa Mesoamerika yang populer dari tahun 1.400 sebelum masehi sampai kehancuran mereka pada tahun 400 sebelum masehi. Tidak ada informasi alasan kenapa agama ini mengalami penurunan. Namun, aktivitas vulkanik atau perubahan lingkungan lainnya dilihat sebagai penyebab yang paling mungkin terjadi. Lantaran tidak ada bukti langsung dari agama mereka, para arkeolog harus membandingkan bekas-bekas peninggalan mereka dengan agama dari bangsa Maya dan Aztec untuk melihat kesamaannya. Mereka dikatakan berkaitan erat dengan Shamanisme. Dewa yang paling populer bagi bangsa Olmek adalah dewa jaguar yang merupakan dewa hujan dan kesuburan. Meskipun dari beberapa teori dikatakan tidak ada dewa utama tetapi ada delapan dewa terpisah, di mana dewa-dewa itu sama pentingnya. Beberapa bentuk kurban mereka, di antaranya darah dan beberapa tokoh dibuat dari giok untuk para dewa, serta sejumlah ritual tarian dan topeng. Para pendeta Olmek diyakini menghirup beberapa bentuk obat?halusinasi?yang dapat membantu mereka berkomunikasi dengan roh-roh. Sejauh ini, baru ada sepuluh dewa dalam agama Olmek yang telah diidentifikasi oleh para arkeolog. Karena asal-usul awalnya, agama Olmek dikatakan menjadi semacam induk yang melahirkan agama-agama yang berkembang kemudian di kawasan Mesoamerika. Ini lantaran mereka berbagi sejumlah elemen yang sama. Vedisme Vedisme adalah agama kuno bangsa Indo-Arya yang populer dari tahun 1.500 sampai 500 sebelum masehi. Agama ini juga digambarkan sebagai asal-usul munculnya sistem kepercayaan Hindu modern lantaran keduanya berbagi ayat-ayat suci yang sama dan kitab Empat Weda. Tetapi begitu, ada perbedaan di antara keduanya. Pujian-pujian lisan Vedisme menjadi sangat penting bagi para pengikutnya. Pendeta mereka memainkan peran besar dalam berbagai upacara. Upacara-upacara ini dikatakan dapat meningkatkan kehidupan para pengikutnya dengan cara menyenangkan para dewa. Agama Vedisme melakukan praktik hewan kurban, meski tidak sangat umum. Namun sahabat anehdidunia.com, susu dan biji-bijian lebih sering digunakan. Dewa Indra adalah dewa tertinggi dalam Vedisme, dan salah satu mitos yang paling populer adalah cerita Indra dan anak-anak Diti, yakni ibu dari iblis.? Diceritakan setelah Indra membunuh sebagian besar anak-anaknya, Diti mulai melakukan sihir untuk membantu anak terakhirnya yang belum lahir agar menjadi lebih kuat dari Indra. Namun, ketika Indra mengetahui adanya bayi itu, dia melontarkan petir ke rahim Diti dan menghancurkan bayi itu dan hasilnya berubah menjadi 49 setan-setan kecil. Tengrisme Tengrisme adalah salah satu agama tertua di dunia. Tengrisme dikatakan berasal dari zaman perunggu antara 3.600 sampai 1.200 tahun sebelum masehi. Agama ini dikembangkan oleh orang-orang dari Pegunungan Altai di Asia Tengah. Tengrisme merupakan sebuah agama monoteistik dengan unsur yang didasarkan pada penyembahan leluhur. Mereka tidak memiliki kitab suci seperti dalam agama-agama lainnya dan banyak sistem kepercayaan awal mereka berasal dari pengetahuan kolektif. Namun, diyakini bahwa bangsa Hun dari Kaukasus Utara mungkin menyembah dewa diberi nama Teri. Agama ini dikatakan melakukan pengorbanan kuda. Ada sejumlah kemiripan yang erat antara Tengrisme dengan tradisi-tradisi kekristenan seperti halnya dengan banyak agama-agama Paganisme. Hari paling penting mereka dikenal sebagai hari Pencerahan Tengrian yang jatuh pada 23 Desember. Meskipun agama ini semakin jauh dari popularitas selama era Kekaisaran Mongol, namun Tengrisme masih dipraktikkan sampai hari ini, di mana para politisi di Kirgizstan bahkan mencoba untuk membuat Tengrisme sebagai agama resmi negara. Maniisme Maniisme didirikan pada abad ketiga masehi oleh seorang dari Persia bernama Mani. Maniisme awalnya dipandang sebagai sebuah sekte sesat dari kekristenan, tetapi telah dianggap sebagai agama sendiri. Pendiri agama ini mengklaim dia telah membawa secara bersama-sama agama dunia, termasuk Zoroastrianisme, Buddha dan Kristen. Berfokus pada perbedaan antara baik dan jahat, Maniisme dikenal memiliki pengetahuan sebagai jalan untuk keselamatan. Sahabat anehdidunia.com pengikut tertinggi agama ini dikenal sebagai umat 'pilihan' atau 'yang sempurna' dan menyerupai biksu Buddha, meskipun mereka diminta untuk menjadi pengembara. Para pengikutnya menjadi misionaris besar yang menyebarkan pengaruh Maniisme ke seluruh dunia, sampai akhirnya kehilangan popularitasnya di abad pertengahan. Banyak dari kejatuhan agama ini berkaitan dengan banyaknya penganiayaan yang diderita para pengikutnya dari tangan pemerintah China, pemerintah Romawi kuno, atau Gereja Katolik. Mitos terbesar Maniisme adalah mitos penciptaan mereka yang menggambarkan sebuah pertempuran yang dilancarkan antara Dunia Terang dan Dunia Kegelapan, yang dimulai sebagai dua alam yang terpisah. Adam dan Hawa dikatakan telah diciptakan oleh makhluk jahat, sementara Yesus dan Mani dikatakan telah diciptakan oleh makhluk yang baik, dalam rangka untuk mengungkapkan kebenaran spiritualitas bagi umat manusia. Banyak dari tulisan-tulisan Mani telah hilang, tetapi beberapa bagiannya baru-baru ini telah ditemukan. Mithras Mithras dibawa ke Eropa dari Persia, yang menjadi akarnya, setelah penaklukan Alexander Agung. Mithras sangat populer di kalangan tentara Romawi, dan menjadi salah satu kultus misteri Romawi kuno, sekte agama di mana penyebarannya telah dibatasi dan umumnya cukup rahasia. Mithras, seperti dia dikenal bagi jemaat di Roma, adalah dewa matahari bangsa Persia, atau setidaknya cahaya lapang antara surga dan bumi. Tidak banyak teks yang selamat tentang Mithraisme. Sebagian besar dari apa yang diketahui tentang agama ini berasal dari reruntuhan kuil-kuil mereka. Reruntuhan ini biasanya terletak di bawah tanah dan dibangun dengan konstruksi rendah, dan para pengikutnya cenderung membuat sebuah kuil baru setiap kali yang lama tidak terpakai. Salah satu tanggal yang paling penting dalam kalender mereka yakni pada 25 Desember, yang diakui sebagai hari kelahiran Mithras. Karena hal ini, dan beberapa rincian lainnya, beberapa orang percaya kekristenan mungkin telah berevolusi dari agama ini, walaupun sangat sulit untuk membuktikannya.

Kamis, 09 Agustus 2007

Kitab Teles Ada makna

Bermula dari perjalanan
Kertas lembaran yang putih tertoreh tinta emas
HANA CARAKA ….. ”ada utusan”
Saat manusia tafakur bersyahadat
ashadu anna muhammadar rasulullah
Kesaksian bagi SETIAP manusia sebagai utusan Sang Hidup
Untuk saling berjumpa menjadikan rahmat bagi seluruh semesta
Dalam perjumpaan,
Dalam relasi yang saling memerdekakan,
Hidup berjumpa dengan Hidup membangun rangkaian indah Pohon Kehidupan
Wit Kastuba Urip,
Pang papat,
Pentile sakembaran,
Kang putih aran Kembang Wijayamulya,
Kang abang aran Kembang Wijayakusuma,
Pohon Kehidupan kesejatian manusia
Bercabang empat hakikat tangan dan kaki
Melangkah dan berkarya ’memayu hayuning bawana’
Berbuah kembar di dalam lapangnya dada
Putih timangan berkah ayahanda
Perlambang suci kemurnian jiwa
Merah embanan restu ibunda
Perlambang keabadiaan hidup, cinta yang membangkitkan
Begitulah kisah Sang Prajaka
Ditemani 4 karib setia dalam perjalanan ke arah Barat mencari Kitab Suci
Rhisiswa, sang pemberani maha sakti
Raibabi, yang nakal selalu gembira
Demalung, penghibur hati
Kudawahana, titihan mulia
Gambaran manusia beserta ke-4 nafsunya
Dalam mencari kepenuhan hidupnya
Ditempa pengalaman sepanjang perjalanan
Melewati 33 rintangan 99 pencobaan
Sang Prajaka tak pernah berhenti memaknai
Hingga sampailah ketempat tujuan
Ujung barat kehidupan
Dimana mentari meredup sinar
Beristirahat dalam buaian malam
Lawang Selamatangkep, pintu gerbang Kerajaan Surga
Dimana Kitab Suci berada
Dijaga oleh 2 malaikat raksasa Cingakara Bala dan Bala Upata
Tertahan langkah Sang Prajaka
Mandheg mangu tergeragap
Menjawab tanya Sang Malaikat Penjaga
“SIAPAKAH ENGKAU..?!!!”
SIAPA AKU……
Jawaban yang terlontar menegaskan pertanyaan
Dalih yang dikemukakan menelanjangi kenyataan
AKU tidak lagi mengenalai AKU
AKU entitas yang tercerabut dari akarnya
AKU hanyalah predikat dan atribut yang menempel lekat pada diriku
AKU ….. sungguh tidak tahu siapa sejatinya AKU
Tertunduk lesu didepan pintu
Dalam kegalauan tidak diperkenakan masuk ke dalam
Pupus sudah segala harapan
Jerih sepanjang jalan seakan debu tertiup angin
Segala usaha berbuah sia-sia
Tiada mampu berbuat apa-apa
Ke-4 sahabat pun terpuruk dalam kebisuan
Dalam kekosongan harapan
Dalam keheningan nafsu
Terdengar para bidadari bermadah merdu
TUBUH INI BAGAI GUMPALAN BUSA
PERASAAN BAGAIKAN GELEMBUNG UDARA
PERSEPSI BAGAIKAN FATA MORGANA
BENTUK MENTAL BAGAIKAN TANDAN PISANG
DAN KESADARAN BAGAIKAN TIPU MUSLIHAT
ISI ADALAH KOSONG
KOSONG ADALAH ISI
Bunga yang sedang mekar meringkus hati dengan kemilau indahnya
Anak burung yang sedang belajar terbang menarik perhatian dengan riuh kicaunya
Mengantar dalam kebadian ruang dan waktu
Seakan waktupun terhenti
Sebuah momen yang sangat intens
Menyekap seluruh keberadaan diri
Lalu…..
Setiap momen menjadi sangat berati
Setiap momen adalah sapaan Illahi
Ayat-ayat yang hidup
Berdenyut dan bernafas dinamis dalam setiap jejak perjalanan
Sang Prajaka tersenyum
Kitab Suci tergelar nyata
Kitab yang tersusun dari ayat kehidupan
Ditulis oleh tiap hembusan nafas
Dirangkai oleh tiap detakan jantung
Alif Laam Mim Dzalikal Kitab
KITAB BASAH oleh aliran darah
Yang membentuk kehidupan raga
ADAM MAKNA, pengertian sejati tentang hakikat manusia
Yang membangun kesadaran jiwa
man arofa nafsahu faqod arofa rabbahu
Dalam kesadaran agung tentang diri yang sejati
Insan bersatu dengan Illahi
Manusia yang imanen bertransendensi

Gempung suwung tan ana apa-apa
Mung AKU lan ALLAH kang ana
Sang Prajaka tersentak dalam samadhi
Terheran-heran takjub menyadari
Surga adalah DISINI…SAAT INI
Tempat tujuan yang sama persis dengan tempat bertolak
Tempat mentari terbit bersinar
Pula tempat mentari tenggelam diselimuti malam

Selasa, 07 Agustus 2007

SERAT KALIMOSODO

ISLAM

Satemene Rukun Iman iku wis ono sajerone Rukun Islam, dadi satemene kang kudu di Imani iku Rukun Islam netepi anane Rukun. Iman, iman marang Alloh, Kitab-e, Rosul-e, Malaikat-e, Dino Wekasan (Kiamat), Qodlo lan Qodar ( Takdir lan Nasib ), kudu biso kawedar ono sajerone lakune Urip anggone .mapakake anane Syahadat-e, Sholat-e, Poso-ne, Zakat-e lan Haji-ne, dadi Rukun Iman iku dadi dasar anane Rukun Islam.

1. Iman marang Alloh swt.

Iman marang anane Alloh ora amung sadermo nurut anane tembung jare, kudu biso ngudi dewe dununge Alloh, soko anane Syahadate, yen ngucap anane saksi kudu ngerti ope kang dadi wajib dedege manungso kang diangkat dadi Saksi, weruh dewe ope kang disakseni.

2. Iman marang Kitab-kitab Alloh.

Iman marang Kitab, ora sadermo biso moco lan ngerti terjemahane , kudu biso mawas kang tersurat utowo kang tersirat lan biso mapakake ono Uripe sarto , ngerteni opo kang dimaksud Pangeran nganti ngudunake / jarwakake tuntunan mau, koyo anane blegere Manungso Urip ono Jagad Royo iki, sabab opo kang dadi isine Kitab Al Qur’an Nul Karim mau yo anane isine Jagad Royo iki, sarine dadi Surat Al Fatikah yo anane wujud Manungso sarine Jagad Royo, dadi yen ngaku dedegi Umat Islam tuntunan soko Kanjeng Nabi Muhammad saw, yo kudu gelem ngakoni anane umat liyane kang isih netepi Urip sake anane laku Kitab kang luwih awal, koyo to yen isih ono Umat kang laku uripe netepi Tatanan Slamet sadurunge Kanjeng Nabi Daud as, utowo umate Kanjeng Nabi Daud as, mowo Kitab Jabur, umate Kanjeng Nabi Musa as, mowo Kitab Taurot, umate Kanjeng Nabi Isa as, mowo Kitab Injil, kabeh umat ing ngarsane Pangeran nyuwun anane ke-Slametan-e Urip yo anane Islam, Koyo anane umate Kanjeng Nabi Muhammad saw, Kang ke- Islam-anne wus kasampurnakake dene Pangeran, dadi kang kasebut Islam mau anane Umat anggone madep marang Pangerane nyuwun keslametan Uripe, biso kaperang netepi anane Ibadah, Sembahyang tan Sholat katerangake koyo ing ngisor iki :

a. Ibadah, anane Umat madep marang Pangeran sako anane Perilaku kang katindakake saben dinane, koyo wektu Umate Kanjeng Nabi Adam as, nganti satekane Umaate Kanjeng Nabi Daud as, koyo ucape para sesepuh biyen ” Ojo mlaku saliyane tindak kang becik ” , yoiku anane Ibadah.

b. Sembahyang, anane Umat madep marang Pangeran soko anane Perilaku lan Ucapan (omongan) kang katindakake saben dinane, koyo wektu Umate Kanjeng Nabi Daud as, nganti satekane Umate Kanjeng Nabi Muhammad saw, koyo ucape sesepuh biyen ” Ojo among – ngucap saliyane tembung kang apik ” , yo iku anane sembanyang.

c. Sholat, anane Umat madep marang Pangeran soko anane Perilaku, Ucapan lan Angen-angen kang katindakake saben dinane nyuwun anane keslametan Dunyo Akhirate, koyo ucape sesepuh biyen ” Ojo duwe angen – angen saliyane angen¬-angen kang becik ” , yoiku anane Sholat.

Dadi anane Umat madep marang Pangeran netepi Agomone kabagi anane soko tindak laku saben dinane ono 3 (telu) perkoro koyo ing ngisor iki :

1. Ibadah, yo Tingkahlaku dadi dasar Sembahyang ;
2. Sembahyang, yo anane Ucapan (omongan) dadi dasar Sholat;
3. Sholat, yo anane Angen-angen, jejege sake anane Sembahyang lan Ibadah.

Iman marang Kitabe Pangeran iku ono:

a. Kitab kang tinulis yo anane Kitab Garing, koyo to Kitab Jabur, Kitab Taurot, Kitab Injil, Kitab AI Qur’an Nul Karim lan sapanunggalane.

b. Kitab kang tersirat yo anane Kitab Teles, wujud sake maknane Badan saujud kite.

3. Iman marang Rosul.

Iman marang Rosul ing kono koyo iman marang Kitab :

a. Kang Garing, yo anane Kitab-kitab kang tinulis netepi ope anane lumrahe Urip, koyo kang wis kacaritakake ono sajerone Kitabe.

b. Kang Teles, ngerti anane Rosul iku sajatine Roso, sake anane Roso Rasane Urip Pangeran kang katitipake ,marang Umate, kanggo ngudi Jati Diri yo anane dedeg piadege Manungso manunggal marang Roso Urip, yo anane Roso soko Pangeran lan Umate, mengko ono beberane dewe.

4. Iman marang Malaikat.

Iman marang Malaikat, satemene kudu mangerteni yen Urip ing Jagad Royo iki ora dewe, ning akeh kang podo melu urip koyo bangsane lelembut kang pancen nyoto ono, bebarengan anane Pangeran anggone mujudake manungso, kanggo nguji imane manungso dewe-dewe, yen nganti kaliru bakal melu ono uripe lelembut mau, urip ono sajerone Alam Penasaran.

5. Iman marang Jaman Akhir.

Iman marang Dino Akhir yo Dino Pesti, yo anane Dino Wekasan, nyoto yen Manungso iku Urip ono Jagad Royo iki amung sadermo mampir ngombe disilihi Sandangan / Pangganggo, kudu ngerti ope kang dadi Wajibe Urip, Sunahe Urip, Makruhe Urip lan Larangan/Pantangan kanggo njejegi anane Urip kang Sampurno, iki wus ono sajerone Rukun Islam.

6. Iman marang Qodlo laD Qodar

Iman marang Qodlo lan Qodar, kudu mangerteni yen Uripe Manungso iku katulisake ono sajerone Kitab kang nyoto, Qodlo iku katulis ono sajerone Takdir Urip yo anane Tuntunane Urip ono Jagad Royo, sapo kang biso netepi anane Takdir Uripe bakal nemu Mulyo Dunyo – Akhirate, Qodar iku katulis ono sajerone Nasib Urip, jarwane opo kang dialami ono sajerone Uripe, iku wujud soko tindak – laku kang katindakake wus adoh soko anane Tuntunane Urip kang samestine, nyatane yen arep ono opo-opo Pangeran mesti maringi tondo luwih disik, dadi sing Eling biso netepi Takdire, yen Lali yo ono sajerone Nasibe.

Maknane Syahadat, yen karasakake ono sajerone netepi Wajibe Urip kang kudu dilakoni krona Alloh, ono sajerone urip ing Alam Dunyo, yen biso kabeberake iku kiro¬kiro koyo ing ngisor iki :

a. Urip iku umpamane 100% (satus persen) kuwajiban soko Alloh;
b. Syahadat amung ono 95% soko Urip;
c. Sholat amung ono 5% ( limang persen ) soko Urip;
d. Poso amung ono seperapate soko Sholat;
e. Zakat amung ono sapertelone poso;
f. Haji amung ono separohne Zakat.

Ing ngisor iki ono pituture leluhur menowo dedeg wajibe lan larangan kang dumunung ono Rukun Islam kang kudu di Imani kacaritakake koyo ing ngisor iki :

a. Syahadat : Anane Mahayu Hayuning Bawono cilike Keluarga, larangane Madon ;

b. Sholat : Anetepi angen angen kang becik,’ ndedegi Pamikiran kang Agung netepi anane Sastro Jendro Hayuningrat kanggo ngudi laku kang becik, larangane Madat ;

c. Poso : Kuoso nota Rasane Urip, maknane ngerti manowo Urip amung sadermo nglakoni, yen wistiti wancine ora nggowo opo-opo, kabeh anane soko panyuwunan kanggo nyukupi kebutuhan keluargane kang wujud soko ngunggulake Drajat Urip keluargane, larangane Mabuk ;

d. Zakat : Madep mantep marang kuasane Gusti anggone njogo Kanugrahaan lan Rakhmat Pangeran marang barang Pribadi, anane ngluhurake Asmo larangane Main;

e. Haji : Tegen anggone mapakake Roso yo anane kumpule Urip Roso Pribadi marang Kuasane Urip Pangerane, kuoso njogo arum gandane asmo ono sajerone Urip, larangane Maling.

Yen gelem ngudi kaluhurane Urip ing Alam Dunyo tumekane Alam Akhir koyo unine ayat ”Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanataw wafil aakhiroti hasanataw wa qinaa adzaaban naar” , kanti sabenere Manungso kudu mangerteni, lan mapakake opo sabenere Kalimat Syahadat iku, yen ora kaliru koyo kagambarake ing ngisor iki :

” Laa ilaaha illallahu Muhammadur Rasuulullah” ketemu anane :

1. HU mujudake anane Nur Illahi ;
2. Nur Illahi mujudake anane: a. Nur Muhammad,
b. Asma Alloh ono 99 Asmo lan Sifat Alloh ono 20 Sifat;

3. Nur Muhammad, Asmo lan Sifat Alloh mujudake anane Alam Dunyo saisine, yo anane Kitab AI Qur’an Nul Karim bebere wujud dadi Jagad Royo, sarine Kitab Al Qur’an Nul Karim bebere wujud anane Surat Al Fatikah, Surat Al Fatikah wujude makna dadi Badan Jasmani kito yo anane Jagad Dumadi, kang samestine isine Jagad Royo iku podo lan memper karo isine Jagad Dumadi yo anane Badan Jasad yo Badan Jasmani kito.

Ing kono Manungso bakal nemahi anane Urip lan Pati, mangerteni sejatine sopo kang Urip lan sopo kang Mati, biso kaematake koyo fig ngisor iki :

U r i p :

a. Arahe nunggal nyawiji, anane Tauhit, wujude urip Ikhlas – Sabar, koyo anane napas kito, gegambarane nafas wektu ono sajabane irung iku anane HU, yen wis ono sajerone irung nganti tekan gulu iku anane Allah, bareng ono sajerone dodo lan sateruse iku anane Urip kito soko Kanugrahane Pangeran yo biso kasebut wenange Pangeran wus kanugrahake dadi wenange Umat;

b. Sampurnane margo soko ngabekti marang Kaluargane, ngerteni yen Manungso ora biso wujud tanpo anane Bopo-Biyung kang kasebut Pangeran Katon, wujude toto – tentrem kasembadan kabutuhane.

c. Mulyane margo wus ketekan kekarepane, wujude biso nunggal marang Jatine Urip soko netepi Pangangen – angene nunggal marang panyuwunan ketemu keluhurane yo mapan ono sajerone Baitullah.

PAKUBUMI TANAH JOWO.

Ono sawijine tetenger soko Pinisepuh kang ono Gunung Tidar, wujud Tenger Pal pratelon mowo Sandi aksoro Jowo So kang kapendem saduwure Puncak kasebut Paku Bumi Tanah Jowo, mowo aran Nyi Ratu Roro Mangli, aksoro Jowo So mau ono 3 (te1u). aksara, yen ora keliru mowo maksud koyo ing ngisor iki :

a. Kang sapisan aksoro SO-l mowo maksud Sastro, kang wujud ono sajerone bebere Ponang Jabang Bayi kang isih ono sajerone kandutan si Biyung iku anane Sastro, yo kasebut Garis Panguripane si Jabang Bayi, anane Sastro sajabane Garis Takdir lan Nasib.

b. Kang kapindo aksoro SO-2 mowo maksud Sugih, kang mujudake anane dedege Ratu Rumah Tangga yo Ibu Rumah Tangga unine Sugih, Sugih iku titi wancine Panyuwunane si Biyung wektu ndedege isi kang kasebut Purborangrang kanggo Anak Bojo lan Putune, biso nyukupi kabutuhane kaluargane.

c. Kang kaping telu aksoro SO-3 mowo maksud Sandi, kang wujud ono sajerone lambe barange wong wadon, anarik rasane si kakung (lanang) kasebut Sandi yo anane Wadi, asline wujud sake buah Quldi, awal anane Roso kang biso mujudake anunggale Rasane Pangeran. Sandi yo Wadi iku Rasane Pangeran kang dumunung ono Manungso, kudu biso nunggal misah Roso Rasane Manungso kalawan Roso kang kasinungan Rasane Pangeran yo anane Roso Rasane urip Manungso Sejati, njejegi anane Kawulo marang Gustine.

Tetengeran mau kasebut aran Nyi Ratu Mangli, aran mau anane tembung sanepan kang mowo maksud kurang luwih Ojo Pangling utowo Lali, manowo Urip sajatine wis ono kang nota lan ngersakake, Manungso among sadermo anglakoni.

Sake tatanan mau kite bakal mangerteni awal anane Pangeran anggone mujudake Manungso, netepi :

A. Tatanan aksoro SO-1. koyo ing ngisor iki :

1. Wektu Wiji sake Bopo lan Biyung ketemu ing keno Pangeran ngudunake Wahyu Nungkat Gaib, yo anane Wiji Kang Samar, kang wujud sake Roso Rasane Pangeran, wujude Wahyu Gaib mujudakake anane ROSO KANG AWAL sake anane Manungso;

2. Wiji mau banjur wujud setetes Getih yo anane Rah, ing keno Pangeran ngudunake ROH, yen satemene yo ing wektu iku Pangeran nyiptakake anane Bongso JIN, setetes Getih mau banjur wujud dadi segumpal Getih, ing wektu iku anane Alame SETAN – IBLIS ;

3. Soko segumpal Getih banjur wujud dadi Segumpal Daging, ing kono Pangeran ngudunake NYOWO bebarengan mapakake anane Wahyu Doyo Gaib, kang satemene Pangeran nyiptakake anane Bongso MALAIKAT ;

4. Sabanjure segumpal Daging wujud gegambaran Bayi soko anane Pangeran mujudakake “Sungging Purbangkoro” kang satemene soko anane Neptu Gaib mujudake anane SASTRO, yen ing Kuno biso kasebut ” Sastro Jendro Hayuningrat; Mahayu Hayu ning Bawono ” , yo anane Dino Pesti ;

5. Gegambaran Bayi banjur wujud anane Bayi kang sampurno, ing kono Pangeran mapakake anane ATMO yo anane Alame ASMO, Asmo kang wujud soko anane LELUHURE ;

6. Bayi lahir Sampurno, ing kono soko anane Wahyu Panguasane Gaib, yo mudune Kanugrahaane Pangeran kang wujud Sukmo, yo anane Uripe si Bayi, bayi banjur ngekarake derijine nuduhake yen Wahyu Neptu Gaib wus nunggal nyawiji, ing kono asline Pangeran ngudunake Wahyu Nungkat Gaib wus nunggal wujud ono sajerone badan saujude si jabang bayi, satemene Wahyu Nungkat Gaib mau wujud soko anane Nur Muhammad, kang bakal wujud dadi Nurcahyo yo Drajat Urip si Bayi.

Yen nurut gegambaran soko Surat Al Fatikah :

1. Ayat 1, ayat 2 lan ayat 3 ing kono anane Sukmo-yo Urip nguripi Umate ; soko Pujine Jagad Royo marang Pangeran kerso ngudunake Umate ing Alam Dunyo, krona Welas – Asih kanggo netepi Kratonan Jagad Royo, Manungso Kawenangake dadi kalifah ing Alam Dunyo, manowo sampurno Syahadate, bab iki kang wenang amung Pangeran.

2. Ayat 4 fig kono satemene anane Jiwo, soko wujud nunggal nyawiji anane :
a. Atmo yo alame Asmo netepi leluhure wektu Urip.
b. Nyowo yo alame Tetanduran mujudake Rojo Kayon mapane Bebalungan.
c. Roh yo alame Kekewanan, mapan ono Rah – Getih, banjur sumrambah ono Badan Jasmani saujud mowo tandane Urip.

Nuduhake manowo soko Kersane Pangeran Manungso iku wewujudan soko nunggale :
a. Rah yo alame Kekewanan dadi Rajane Kekewanan.
b. Roh yo alame Jin-setan dadi Rajane Jin – Setan.
c. Nyowo alame Tetanduran dadi Rajane Rojo Kayon yo anane alame Malaikat.
d. Atmo yo alarne LeIuhur, wenang nyarnpumake; patine LeIuhure. Bab iki anane wenange Pangeran kawenangake dadi wenange Umate.

3. Ayat 5, ayat 6, ayat 7 ing kono anane Roso kang awal yo Roso Rasane Pangeran, kanggo mujudake Roso Rasane Manungso, yen antuk Makrifate Al Fatikah bakal mujudake anane Roso Rasane Urip Manungso Sejati, margo soko UIah-Laku Umat anggone netepi Urip ono ing Alam Dunyo, lan biso mangerteni anane ke Dholiman ora nunggal marang Uripe, dadi wenange Umat, kang satemene bebering Roso iku biso kapilah ono:

a. Roso kang awal yo Roso Rasane Pangeran, kang nuntun sawemane Roso.
b. Roso kang soko anane Alarn yo anane Roso Sejati – Sejatine Roso.
c. Roso kang soko anane Poncodriyo, yo anane Roso soko babahan Howo Songo.
d. Roso Kang soko anane Sifat Aluarnah, Mutmainah, Amarah, Supiyah.
e. Roso soko Alam, Poncodriyo Ian Sifat yen kakumpulake banjur biso wujud dadi Roso Rumongso.
f. Kabeh Roso mau yen biso katunggalake nyawiji banjur wujud dadi Roso Rasane Urip Manungso Sejati.
B. Tatanan Aksoro SO-2 koyo ing ngisor iki :

Kang dimaksud Sugih, ing kene netepi anane Uripe Manungso kang wis biso mapakake Janjine Pangeran yo anane Urip Jejodohan, Sarnpumo mapakake Rasane Urip yo mekare ( makrifat ) Syahadate, bakal nemahi Kamulyane Urip yo anane soko bekti marang Wongtuwo sakloron, Morotuwo sakloron wujud dadi anane Pepuden ing lumrahe kasebut Punden Kang samestine ing wektu iku anane Pangeran mujudake dedeg piadege Wahyu Purbojati, Wahyu Purborangrang, Wahyu Purbosari.

a. Wahyu Purbojati anane wektu si kakung mujudake dedeg piadeg dadi Kepala KeIuarga.
b. Wahyu Purborangrang anane wektu si isteri mujudake dedeg piadeg dadi Ratu Rumah Tangga.
c. Wahyu Purbosari wujud soko panyuwunan si Kakung lan isteri marang Pangerane mujudake anane anak lan dunyo brono, kang satemene ono mudune Wahyu Jodoh, Wahyu Drajat, Wahyu Rejeki kang kasebut anane Wahyu Dorodasih.

C. Tatanan aksoro SO-3 koyo ing ngisor iki :

Kang dimaksud Sandi utowo Wadi iku satemene dedeg piadege ROSO netepi ono Rasane Pangeran, anane Wiji Kang Samar yo Wahyu Nungkat Gaib, mapane ono sajerone Lambe Barange Wong Wadon krona anane buah Quldi, awal anane kedholirnan, kamongko sapo bae yen netepi Among Nunggal Roso ( Senggomo ) yen ora kaawali sake anane Syahadat ing keno iku kalebu laku DHOLIM, kadadeyane bakal anane rusake Jagad Royo, yen kabeh podo ora ngerti maknane Syahadat (isine Jodoh) ono Uripe bakal anane Kiamat.

Satemene Sandi lan Wadi mau ono soko Lakune Pangeran, kang Nglakoni Umate, ning ora kabeh laku Among Nunggal Roso kedunungan Sandi lan Wadi, yen kajarwakake mowo maksud Among Nunggal Roso iku satemene laku ono sajerone Sifat Dholim kang samar.

I. DINO LAN PASARAN

Iki tatanan kang nuduhake arahe Urip kang kawoco sake anane Dino lan Pasaran, kang kawoco soko anane tatanan Neptu Go’ib ono ing Dino :

1. Jum’at Wage = Jowo,
2. Ahad Lagi = Allah,
3. Seloso Pen = Sapo, koyo kasebut ing ngisor iki:

I. Jum’at Wage= Jumat : huruf awal Jo =- neptune = 6
Neptu = 10 = Wage : hurul awal Wo - neptune = 4

Yen huruf awal kajumbuhake muni Jowo, kang mowo maksud hakekate Urip, yo maknane Urip, dadi kang dimaksud Jowo iku yo manungso kang ngerteni Sejatine Urip ing Alam Dunyo, ngerti anane Islam yo Slamete Urip ono ing Alam Dunyo yen ora kaliru ngerti bebere Kitab Layang Kalimosodo yo anane Syahadat kang turun ono Tanah Jowo dadi tuntunan anane serat Sastro Jendro Hayuningrat, Mahayu Hayuning Bawono, yo tuntunan Urip marang Perilaku kang nuduhake anane Hak lan Wajibe Urip, dadi kang kamaksud Jowo ing kene dudu Pawongan Kang lahir ono ing tanah Jowo utowo Suku Jowo.

Jumat Wage, Ahad Legi, Seloso Pen kabeh Neptune yen kagunggung ono neptu 10 anuduhake anane kabeh kang wis Kaciptakake dene Pangeran ing Alam Dunyo iki yen kagunggung nurut kasatuanne yo among ono 10 macem koyo kasebut ing ngisor iki :

1. Lemah / tanah 6. Tetanduran
2. Banyu 7. Kekewanan
3. Geni 8. Jin, Setan, Iblis, lelembut
4. Angin 9. Malaikat
5. Watu/Bebatuan ( Wesi, emas, 10. Pawongan (Wong, Tiyang, Manungso)

Yen Jum’at neptu 6 ing kono anane soko rukun Iman, yo biso kasebut soko anane wadah, dadi Dino iku mujudake wadah, lan yen Wage neptu 4 ing kono anane sedulur 4, yo anane isi, dadi Pasaran mujudake isi. Kaumpakake Wadah iku Jasad, isi iku Rogo, ing kono iku ketemu :

- Wadah = Jasad anane Badan Kasar - Jagad Royo – Kitab AI Qur’an
- Isi = Rogo anane Badan Alus - Jagad Dumadi – AI Fatikah.

Manowo kawoco soko gebyar lan gumelare Jagad salumrahe, ing kono ketemu anane dedeg piadege Wahyune Kaluarga kang dadi isine wujud Wahyu Purbo Jati, Wahyu Purbo Rangrang mujudake anane Wahyu Purbo Sari, kang nyoto wujud soko isine Neptu 6 ono ing Dino Jum’at wujud dadi :

1. Kemanten sakloron = 2
2. Wongtuo sakloron = 2
3. Morotuo sakloron = 2, yen kagunggung kabeh ono 6.

yen ing Pasaran Wage wujud soko anane
1. Sandang – pangan.
2. Papan – Pomahan.
3. Anak, Dunyobrono.
4. Luhure Kaluarga, yo isine Keluarga Sakinah “ma Warda wa Rohma yo anane Drajat Dunyo – Akhirat.

Yo ing isine dino Jum’at Wage iki awal bebere Kalimah Syahadat awal dedeg ¬adage Islam ono sajroning Ati – Nurani Manlingso.

Yen Jum’at neptu 6 ing kono anane rukun Iman, lan yen Wage neptu 4 ing kono ugo biso kagambarake cagak 4 utowo awal anane anasir 4 perkoro yo anane Bumi, Banyu, Geni lan Angin, anane Manungso manembah marang Pangerane soko Percoyo – Yakin – Iman marang Rukun Iman :

1. Allah, ono anane, kabeh wujud soko Kekarepan – Kehendak kang Nyoto Tulisane.
2. Kitab, a. ganng : a. Kitab Jabur - Nabi Daud as.
b. Kitab Taurot - Nabi Musa as.
c. Kitab Injil - Nabi Isa as.
d. Kitab Alqur’an - Nabi Muhammad saw.
b. teles : a. Garis Takdir, katulis among sepisan ora kaambalan maneh.
b. Garis Nasib katuIis soko Tindak Laku, Pakaryan lan obah – musike Kekarepan Urip Manungso.

3. Nabi Lan Rasul
4. MaIaikat, Jin – setan
5. Kiamat, Hari Akhir
6. Qodlo – Qadar, anane Takdir -Nasib wujude hukum Sebab – Akibat.

Cagak 4 wujud soko Anasir awaI, yoiku Lemah/Tanah, Banyu, Geni lan Angin kang nuwuhake anane :
a. LemahjTanah netepi Sifat Aluamah, anane Sabar – Narimo, wujud uripe soko kagowo Serakah
b. Banyu netepi Sifat Mutmainah, anane Adil, timbang Pamikirane, wujud uripe soko kagowo Iri – Drengki.
c. Geni netepi Sifat Amarah, anane Perkoso, anduweni Doyo – kekuatan, wujud uripe soko kagowo Murko – Nesu.
d. Angin netepi Sifat Supiyah, anane Adek Pribadi – Mandiri, wujud uripe soko kagowo Sombong – Angkuh.

Kaumpamakake Iman iku Kusir, Cagak 4 (papat) iku Jaran 4 (papat), kang playune nurut kekarepane dewe-dewe, sing kelir ireng playune ngalor tok, sing kelir putih playune ngetan tok, sing kelir abang playune ngidul tok, sing kelir kuning playune ngulon tok, Bendi-ne wujud soko anane Badan, Playune wujud soko Ragane tujuane netepi anane kekarepan.

Dino Jum’at dadi dino kekeran poro Nabi – WaIi, nyoto soko anane Sholat sunat Jum’at, ing kono margo soko Kanugrahane Pangeran Kang Moho Agung, kanggo Umate supoyo gelem Eling marang anane Tatanan Urip Bebrayan ing Alam Dunyo.

II. Ahad Legi : Ahad : huruf awal A - Neptune = 5
Neptu 10 : Legi : huruf awal LA - Neptune = 5

Yen huruf awal kajumbuhake muni Allah yo anane Pangeran, manungso wajib ngawruhi sopo sejatine Pangerane, ing dino Ahad Legi iki anane awal mbukak kawruh kang wis kasebut ono sajrone wawasan Ahad Legi.

Ahad neptu 5 gegambaran soko sedulur Papat ke Limo Pancer, wujud nunggal dadi Badan Kasar, kasebut njobo.

Legi Neptu 5, ono anane njero yo Badan Alus wujud soko anane :
1. Roso : soko Sifat Aluamah, Mutmainah, Arnarah, Supiyah, lsp.
2. Roh : soko manunggale Uripe Kekewanan.
3. Nyowo : soko manunggale Uripe Kekayonan yo Tetanduran.
4. Atmo : soko Gondo Arum Asmane ( sampurnane Budi – Luhur / Ahlak yang terpuji Umat ) alame Asmo Leluhure.
5. Sukmo : soko Kanugrahane Pangeran.

Ing ngisor iki satemene anane tatanan Roso kang dumunung ono sajrorie Badan saujude Manungso :

A. Roso : 1. Rasana Pangerane.
2. Roso Sejati yo Sejatine Roso, Roso kang wujud soko manunggale Roso Rasane Jagad Dumadi marang Roso Rasane Jagad Royo koyo to:
a. Uyah iku asin, asin durung mesti anane uyah,
b. Gulo iku legi, Legi durung mesti anane gulo,
c. Asem iku kecut, kecut durung mesti anane asem.

3. Roso Poncodriyo
a. Pangroso /Pangucap,
b. Panggondo,
c. Pandulu, d. Pangrungu,
e. Pangrobo.
4. Roso kang wujud soko anane manunggale Roso Sifat Aluamah, Mutmainah, Amarah, Supiyah.
5. Rasane Umat yo anane Roso Rumongso kang wujud soko kemampuane Umat anggone nunggalake Roso Rasane Pangeran, Roso Poncodriyo, Roso Sejati – Sejatine Roso, Roso soko anane Sifat Aluamah, Mutmainah, Amarah, Supiyah wujud nunggal ono ing anane Laku yo anane Tingkah Laku Budi Howo saben dinane kang bakal mujudake anane Akhlak kang minulyo.
6. Roso Rasane Urip Manungso Sejati, wujud soko nunggal nyawiji anane sakabehe Roso kang kasebut ing duwur mau.

Soko kawruh kang wis kabeber ing duwur, kito biso anglakoni nunggalake Rasane Umat wujud nunggal marang Rasane Pangeran sake wujud jumbuhe angen-angen lan nunggale kekarepan.

A. Roh : Roh iku Uripe Kekewanan kang nunggal marang Badan saujude Manungso, ananne Kanugrahan soko Pangeran kanggo netepi Serat Sastro Jendro Hayuningrat, Mahayu Hayu Ning Bawono.
B. Nyowo : Nyowo anane Uripe Tetukulan / Tetanduran kang nunggal marang Badan saujude Manungso, anane Kanugrahan sake Pangeran kanggo netepi wajib mapakake Serat Sastro Jendro Hayu Ningrat, Mahayu Hayu ning Bawono.
C. Atmo : Atmo iku Alame Asmo, wujud nunggal marang Manungso sake Dino kalahirane lan tetengeran yo Jeneng yo Aran kang sinebut sake Wongtuwane, kang kudu rinekso Manungsane supoyo biso anggondo Arum.
D. Sukmo : Sukmo yo anane tetengeran soko Pangerane kanggo papan nunggale Kawulo Gustine.

Soko katerangan ing duwur mall manungso biso njupuk Hak sake Pangeran yen manungso mau wis biso nglakoni kang dadi wajibe, yo soko wis biso anglakoni anane Mahayu Hayuning Bawono.

Roh iku Uripe Kekewanan kang nunggal marang Badan saujude Manungso, anane Kanugrahan sake Pangeran kanggo netepi wajib mapakake Serat Sastro Jendro Hayu Ningrat, Mahayu Hayu ning Bawono.

Ahad Legi yo biso kawoco A iku anane Ho lan Le iku anane La koyo kasebut ing ngisor iki :
1. A – Aku : Aku anane Pangeran, kang mengku anane Kitab Serat Layang Kalimosodo,
2. La – Laku : Laku, lakune Manungso ono sajrone bebering Kitab Serat Layang Kalimosodo,

Pangeran kang mengku Karep nunggal marang Kekarepanne Manungso mujudake gegayuhan kang kinarepake manungsane.

Kang biso nunggalake lan ngerteni wektu Badan Kasar nunggal marang Badan Alus kudu biso netepi anane Wahyu Trias Wiji yoiku sake :
a. Tekun, anane nota nafase,
b. Temen, anane tingkah lakune,
c. Teliti, marang satindak – laku lan obah musike kahanan,
d. Awas, marang anane Gudo – Cuba – Pengaruh – Gangguan,
e. Sabar, marang sepapadane Urip.

Bakal biso ketemu marang Alam Kelanggengane yo Mulyane Urip ing tembe.

III. Seloso Pon : Seloso : huruf awal So - Neptune = 3
Neptu 10 : Pon : huruf awal Po - Neptune = 7

Yen huruf awal kajumbuhake unine Sapo, ing kene mowo maksud Manungso wajib ngawruhi sapo Sejatine Pangerane lan sapo Sejatine Manungso, opo kekarepanane Pangeran kanti sake Kanugrahane Manungso mudun Urip ing Alam Dunyo, opo kang dadi Hak-e Manungso ing Alam Dunyo lan opo kang dadi Kewajibane Urip ing Alam Dunyo.

Sejatine Pangeran lan Sejatine Manungso yen ora kaliru kasebut koyo ing ngisor iki:

1. Dzat-e Hu ayang-ayangane wujud dadi Dzat-e Alloh yo kasebut Dzat-e Pangeran.
2. Dzat-e Alloh yo kasebut Dzat-e Pangeran, ayang-ayangane wujud dadi Nur Muhamnlad yo kasebut Wahyu I Sukmane Jagad Royo.

3. Nur Muhammad yo kasebut Wahyu / Sukmane Jagad Royo, ayang-ayangane wujud nunggal dadi Jasad, sake Kanugrahane Pangeran dadi Badan saujud-e Manungso.

Koyo wektu Pangeran nyipto anane Kanjeng Nabi Adam as., sake ruwet ¬krenteg-e Urip, Pangeran nyipto anane Ibu Howo kanggo netepi Sampumane Urip Manungso, sake Sampurnane Urip Manungso kanggo netepi Gumelare Urip, Kanjeng Nabi Adam as. lan Ibu Howo kaudunake ono ing Alam Padang yo anane Alam Dunyo soko Kanugrahane Pangeran.

Soko kaweruh ing duwur, ing keno ono anane sarine Gumelare Drip kang awal koyo ing ngisor iki :

1. Hu netepi anane Alloh, banjur Nur Muhammad netepi isine Jagad Royo, banjur anane Manungso. Ing keno ketemu anane ongko 3, kang dadi Neptune Dino Seloso, yo anane Wadah Panyuwunan.
2. Netepi anane Gumelare Urip ing Alam Dunyo turun remuntun ketemu anane, Cukul – Ngendok – Manak, ing kene ketemu ugo anane ongko 3, kang dadi Neptune Dino Seloso.

Satemene Pangeran ora anduweni Karep opo – opo sake anane Manungso, amung ing keno ono anane Geter-e Urip, kang katuntun sake anane Serat Layang Kalimosodo, Kanugrahane Pangeran kanggo adeg – dedeg Urip Bebrayan ing Alam Dunyo, netepi Gumelare Urip Manungso.

Soko Geter-e Urip lan anane Serat Layang Kalimosodo, ing keno wis wujud anane Hak kang ono anane soko lakune Urip Manungso, katuntunake sake Kanugrahane Pangeran ono ing :

1. Serat Al Fatikah, satemene wujud Pasemon sake Lakune Urip Manungso, “kanggo netepi Urip Bebrayan ing Alam Dunyo, netepi Wajib-e Urip koyo ing Serat Sastro Jendro Hayu Ninggrat, Mahayu Hayu ning Bawovo, kang utomo Tapak Laku yo obah – mosike Budi – Howo ono ayat ” Ihdinash shirothol mustaqim ” lan ” Ghairil magdhuubi ‘alaihim wa ladhdhaalliin “, ing Serat Al Fatikah iki ketemu anane ongko 7, soko anane ayat Serat Al Fatikah kang dadi Neptune Pasaran Pon yo ono ongko 7, netepi wujud isine Urip yo Drajat-e Urip ing ngarsane Pangerane.

2. Do’a Sapu Jagad ” Robbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanataw wa fil aakhiroti hasanataw wa qinaa ‘adzaaban naar ” ing kene soko isine maksud dadi arahe Urip Manungso ing ngarsane Pangeran, Slamet Dunyo – Slamet Akhirat, soko anane Slamet Akhirat ono ongko 7 kang nyebutake anane Swargo lapis 7 Neroko lapis 7. ongko 7 dadi isine neptu Pasaran Pon, yo anane arahe isine Urip.

Soko anane kawruh ing duwur, kang nerangake anane Urip lan Pati, nerangake anane Tatanan Slamet yo anane Tatanan Islam.

M a t i
a. Papane Ikhlas, ketemu Lego – legowo.
b. Sampurnane ono 5 perkoro :
1. Sing mati Poncodriyo.
2. Kang teko Pesti.
3. Kang lunggo Sukmo.
4. Kang bali Jasad/Badan/Dzat.
5. Kang ditinggal Asmo.

c. Sesebutane iku ono 4 perkoro :
1. Mati manyasar.
2. Mati manyusup.
3. Mati manitis.
4. Mati manatas.

Anane gegambaran mau biso kawoco manowo Pangeran anggone nyipto Manungso ora sadermo ” Kun fayakun “, mbutuhake wektu yo anane Neptu kang jlimet koyo Kersane, amarga Manungso kadadekake Kholifah / Pemimpin ing Alam Dunyo, sapo kang kliru anggone nemtokake anane Urip yo ketemu ke1iru anggone mbalik marang asale.

Koyo salah sijine carito kang keno kaematake ono ing ngisor iki :
Wektu Kanjeng Nabi Muhammad saw ono sajroning Mi’raj, Pangeran ngandikan soko walike Tirai / tabir,. Tirai / tabir iku anane soko asta / tangan sak kloron, sak temene kang kasebut Tirai / tabir iku sajatine yo anane Kalimah Syahadat yo Kitab Layang Kalimosodo, dunung ono epek-epek tangan kiwo lan tengen, nulis pakaryane, sarto epek-epek suku / sikil kiwo- tengen kanggo nulis tingkah-laku kang katindakake saben dino, supoyo kito Urip ono sajeroning Alam Dunyo iki biso tansah waspodo tan ngati-ati, koyo kang kasebut ing ngisor iki :

1. Ati-ati ojo gumampang ndedegi urip ing Alam Dunyo ( Marcopodo – ono tengah), amarga anane urip ing clam dunyo kudu biso njejegi sifat adil, kuwoso ngatur urip pribadi soko bebering Kalimah Syahadat yo Kitab Layang Kalimosodo, supoyo ora gampang keblidru marang samubarang kang durung mesti anane, amarga Kalimah Syahadat yo Kitab Layang Kalimosodo iku sejatine Tulisan Takdir kito kang wus dikersakake netepi Kamulyane Drip, yen Tulisan Nasib amarga soko kito mburu Nepsu lan keblidru marang samubarang kang durung mesti anane amarga kurang Imane.

2. Kang katoto ono tengah sajatine dedeg bebering Kitab Layang Kalimosodo, yo anane Kahanan Drip kito Pribadi ono lakune Urip, lakune Urip nunggalake anane Jagat Royo marang Jagat Dumadi sampurno wujud sajerone ono anane Alam Kelanggengan .

3. Amargo anane Urip iku kudu mangerteni Dedeg Urip Pridadi marang Dedeg Uripe Kaluargo kaembanake marang Wujud Gumebyar gelar Cahyone Urip, yo anane Kawibawan kito Pribadi

4. Urip Pribadi mangerteni sapo sing njaluk mangan-ngombe, ono kadedayan ope sajrone mangan lan ngombe, sarto wujud ngrungkepi rage dapi ope ?

a. Sing njaluk mangan lan ngombe iku anane Aluamah sifate Bumi, kudu biso rumekso Uripe, anane wujud kuoso nyukulake wiji kekarepan lan biso nyukupiopo kang dadi isine pangangen – angen sarto mujudake ono anane Gumelare Urip, mapake anane Sifat Gusti Kang Moho Suci kang asifat Jalal, yo dedege Gusti Kang Moho Agung, kuoso ngayomi Urip Pribadi, Urip Kaluargane.

b. Sing mangan lan ngombe iku anane Mutmainah sifate Banyu, kudu biso ndedegi kuwasane Gusti Kang Moho Adil, ora gampang kasemsem marang ka¬indahane Jagat Royo, ora melik marang barang kang durung mesti Hak anane, mapakake Sifat Gusti Kang Moho Suci kang asifat Jamal, mumpuni gawe ka-¬Elokane Jagat, kuoso note anane wujud sarine pangangen – angen biso gumebyar sanaliko, netepi sampurnane Rogo Sejati kanggo nyukupi kabutuhan Kaluargane.

c. Sajroning mangan lan ngombe ono kadadeyan sake anane Amarah sifate Geni, sajrone urip kudu biso mapakake Santosane Urip, ora ambeg siyo marang liyan, biso dadi panunggule bebrayan, yo anane Sifat Gusti Kang Moho Suci kang asifat Kahar, mumpuni ing gawe mujudake ka-Wisesane Gelare Urip Pribadi kito marang ka-Santosane Urip Kaluargo.

d. Sajroning mangan lan ngombe ono wewujudan sake anane Supiyah sifate Angin, sajroning urip kudu biso mapakake dedeg urip pribadi kito kang unggul ing drajat, ora gampang keno owah gingsir ono sajrone gelare urip yo obah ¬musike jaman, yo anane Sifat Gusti Kang Moho Suci kang asifat Kamal, biso dadi Pepujine Urip ing Jagat Royo soko anggone biso Sampurno note Urip Kaluargane lan Urip Pribadi kito ono ing bebere Kitab Layang Kalimosodo.

e. Kumpule ope kang dipangan lan diombe mapakake anane Gondo, sumrambah ono sajrone Rogo nguripi anane Doyo – Roso, mujudake anane nungale niyat ono sajrone angen – angen ngrungkepi mantepe karep, biso wujud gumelar keturutan kang dadi panyuwunane, unggul drajat uripe. Ojo nganti keliru utowo kasemsem marang gumebyare ka-Elokane kekarepan, ben biso Mulyo Urip ing Dunyo Akhirate.

Ojo nganti kasemsem marang ka-Indahane wewujudan kang Elo,k asal soko Aluamah, Mutmainah, Amarah tan Supiyah ben ora keduwung ing tembe mburi. Sajatine mangan lan ngombe iku wewujudan awal nunggalake anane Jagat Royo marang Jagad Dumadi supoyo biso karoso Panguasane Jagad Royo ono sajrone Rogo, menowo teller kudu kalarasake marang Nafas netepi anane Geter, Gerak, Pangucap, lan Pangawasane Urip Pribadi kito nunggal nyawiji ono sajrone Urip Sejati.

A. Nafas ono ing (tanpo eling)
1. Wadug : Uripe Bumi, nguripi Aluamah anane Serakah.
2. Ginjel : Uripe Banyu, nguripi mutmainah anane Iri drengki.
3. Paru paru : Uripe Angin, nguripi Supiyah anane Sombong jumawa.
4. Jantung : Uripe Geni nguripi Amarah anane Sereng murko.
5. Ati : Uripe Watu, nguripi kang ngaku Jati Diri anane Pengkuh kaku .

B. Nafas lungguh mapan ing ( eling )
1. Wadug : Netepi eneng- ening mujudake sifat Dermo Sabar.
2. Ginjel : Netepi eneng-ening mujudake sifat Samudono sembarang gawe biso.
3. Paru paru : Netepi eneng-ening mujudake sifat Mengku Drip, Ngayomi.
4. Jantung : Netepi eneng-ening mujudake sifat Wiseso, Santoso Uripe.
5. Ati : Netepi eneng-ening mujudake sifat Kuoso, Sampurno nota Uripe.